Limbah Cair Kelapa Sawit (POME/ Palm Oil Mill Effluent)


Limbah Cair Kelapa Sawit

 

Limbah Cair Kelapa Sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME)

 

Pembangunan di bidang industri kelapa sawit belakangan ini berkembang  cepat. Akan tetapi, perubahan di bidang industri ini memberinya imbas negatif, yakni berbentuk limbah industri yang jika tidak diatur secara baik akan mengusik kesetimbangan lingkungan. Bisa disaksikan dari berlangsungnya beberapa masalah polusi udara, pencemaran air, dan pencemaran dataran. Ingat tingginya kekuatan pencemaran yang diakibatkan oleh sampah cair yang tidak diatur secara baik karena itu dibutuhkan pengetahuan dan info tentang pengendalian sampah cair secara betul.

 

Dalam Industri kelapa sawit salah satu jenis limbah yang banyak di hasilkan adlaah jenis limbah cair dari hasil pengolahan Tandan Buah Segar. Dari hasil analisa didapatkan rata-rata Pabrik kelapa sawit menghasilkan sekitar 60% dari tonase tandan buah segar yang di olah. Jumlah tersebut termasuk dalam kategori banyak apabila tidak di kelola dengan baik maka akan sangat merugikan bagi lingkungan sekitar.

 

Dampak Limbah Kelapa Sawit (POME)

  

Meskipun tahun 2020 pemerintah menetapkan bahwa limbah pabrik kelapa sawit bukan merupakan Limbah B3. Nmaun meskipun demikian, dampak buruk jika limbah cair kelapa sawit tidak di kelola dengan baik dan langsung dialirkan ke sungai maka akan menyebabkan rusaknya lingkungan kita. Atau penampungannya tidak di tanggunl menggunakan beton, juga akan merusak lingkungan sekitar kita.

 

Dampak-dampak yang bisa di timbulkan Limbah Cair Kelapa Sawit (POME) antara lain:

1. Jika langsung dialirkan ke sungai: akan mengakibatkan ikan mati dengan sangat cepat, kemudian kerusakan tanaman air tawar pada sungai yang di aliri.

 2. Jika langsung dialirkan ke lahan (tanah): akan mengakibatkan tanaman mati dan kerusakan kualitas tanah

 

Manfaat Limbah Cair Kelapa Sawit (POME)

Namun demikian, selain dampak negatif yang bisa di timbulkan. Ternyata limbah cair kelapa sawit ini kaya akan unsur hara dan kandungan organik yang di butuhkan oleh tanaman maupun tanah.

 

Keuntungan yang paling besar adalah Limbah ini bisa d kelola menjadi pupuk cair dan di manfaatkan 100%. Makanya ada proses pengolahan Limbah sawit pada stasiun Effluent. Dimana proses pengolahan mulai dari pendinginan di Cooling Pond (Kolam Pendingan), Mixing Pond (Kolam Pencampuran), anaerob pon (pemberian bakteri) dan terakhir Contac Pond (Kolam Pengaliran).

 

Proses Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (POME):

Proses pengolahan menggunakan sistem kolam yang di bagi menjadi beberapa kolam:

Baca disini: Jenis jneis kolam limbah dan fungsinya

 

Limbah akan didinginkan di cooling pond selama 24 jam, kemudian suhunya di pantau melalui temperature gauge 30-40oC. Jika sudah tercapai akan di transfer ke Mixing pond untuk di campur dengan limbah yang dari anaerobic pond (sudah tercampur dengan bakteri), dengan rasio tertentu dan jumlah tertentu. Pada Kolam mixing pond ini penentu keberhasilan. Dan limabh tidak boleh langsung di transfer ke anaerobic pond karena dapat menyebabkan bakteri menjadi mati. Setelah dari mxing ponda baru kemudian di transfer ke anerobic pond kemudian di diamkan 24 jam. Pada kolam anaerob ini di lakukan pengehcekan kualitas setiap hari untuk memastikan bakteri dalam keadaan baik.

 

 

Parameter Kontrol Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

 Dalam pengoperasian dan pengontrolan limbah cair kelapa sawit ada beberpa parameter yang menjadi patokan keberhasilan pengolahan limbah cair kelapa sawit, antara lain sebagai berikut:

 

1. PH Air Limbah Kelapa Sawit

Merupakan konsentrasi ion hidrogen, dimana nilai pH menunjukkan kadar asam atau basa suatu larutan. pH < 7 merupakan asam, sedangkan pH > 7 merupakan basa.

 

pH perlu dilakukan analisa karena jika terlalu rendah atau terlalu tinggi akan merusak konsentrasi tanah atau sungai. PH yang dialirkan ke lahan paling tidak harus sama dengan kadar PH tanaman atau tanah di lahan yang akan dialirkan limbah tersebut.

 

Hal – hal yg perlu diperhatikan dlm pengukuran pH menggunakan pH meter:

 1. Sample dianalisa sesegera mungkin (maksimal 2 jam).

2. pH meter harus distandarisasi sebelum digunakan.

3. Sebelum digunakan di on kan terlebih dahulu selama 5 menit.

4. Elektroda dicheck seminggu sekali.

5. Jika elektroda sensitivitasnya sudah rendah, sensitivitasnya dapat dikembalikan.

6. Setelah digunakan elektroda dpt disimpan dgn cara :

    – Dalam keadaan bersih & kering ditutup dan dimasukan doos.

    – Separuh tercelup dalam larutan KCl.

    – Tidak dibenarkan direndam dalam aquadest.

 

2. VFA 

Merupaka:

– Asam – asam lemak rantai pendek C1-C6  (Asam asetat, Propionat, Butirat, dll)

– Hasil proses Asidifikasi

– Asam yg akan dirombak menjadi Methan oleh bakteri Methanogenik.

 

Prinsip Analisa VFA :

Destruksi asam – asam mudah menguap yang selanjutnya didestilasi, 100 ml destilat pertama ditampung, yang kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N

 

 Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pengukuran VFA :

1. Setelah diambil, sample dianalisa segera.

2. Destilasi menggunakan alat destilasi yang standart.

3. Wadah tampungan diusahakan ditutup dengan plastik (mencegah penguapan)

4. Destilat ditampung benar – benar 100 ml pertama, jangan sampai berlebih.

5. pH meter harus dikalibrasi sebelum digunakan.

6. Jika pH meter rusak/habis baterai utk titik akhir titrasi dapat digunakan indicator phenolpthalein.

7. Larutan NaOH 0.1 N harus distandarisasi seminggu sekali.

8. Pembuatan larutan H2SO4 harus tepat.

9. Pembacaan volume pentiter yg digunakan pada buret posisi mata harus sejajar ( menghilangkan kesalahan paralaks)

 

 

3. ALKALINITY

Merupakan:

– Kapasitas air utk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan nilai pH larutan.

– Pertahanan air terhadap pengasaman.

– Indikasi kemampuan proses perombakan utk menetralkan asam – asam yg terbentuk selama proses perombakan.

 

Prinsip Analisa :

Alkalinity ditetapkan melalui titrasi volumetris asam basa, titik akhir titrasi terjadi pada pH 4.5, utk mengetahui titik akhir titrasi dapat digunakan pH meter ataupun Metyl Orange (dimana titik akhir titrasi tercapai jika terbentuk warna orange)

 

 Hal – hal yg perlu diperhatikan :

1. Untuk sample lumpur aktif, setelah diambil sample segera dianalisa. (utk sampe air sumur maksimal disimpan 24 jam, sample air sungai maksimal 6  jam, dan sample disimpan pada suhu 1 – 5 °C).

2. pH meter harus dikalibrasi sebelum digunakan.

3. Larutan H2SO4 yang digunakan harus distandarisasi.

4. Pembacaan volume pentiter yang gunakan pada buret posisi mata harus sejajar ( menghilangkan kesalahan paralaks ).

 

4. BOD

Merupakan:

– Kebutuhan mikroba akan oksigen utk merombak bahan organik.

– Ukuran tak langsung dari bahan organik dlm limbah.

 

“Jika BOD terlalu tinggi kemudian limbah masuk ke sungai tentu biota sungai akan terganggu karena oksigen dalam air akan berkurang dikarenakan reaksi antara limbah dengan air sungai tersebut.”

 

Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pengukuran BOD

1. Sample harus dianalisa segera paling lambat 2 jam setelah diambil.

2. Suhu inkubator dijaga stabil 20 °C (jangan sering membuka inkubator saat dianalisa).

3. Listrik jangan sering mati.

 

5. OIL & GREASE

Untuk menjaga agar limbah kelapa sawit tidak termasuk limbah B3, karena jika melebihi baku mutu tentu bisa dikategorikan limbah B3 jika terdapat banyak Oil & Grease.

 

Prinsip analisa oil grease adalah gravimetry. Sample diekstraksi dgn pelarut heksan selama > 3 jam, selanjutnya dikeringkan dan ditimbang

 

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam analisa Oil & Grease.

1. Waktu ekstraksi adalah tidak kurang dari 3 jam.

2. Pendinginan harus menggunakan Desikator.

3. Pemanasan & penimbangan ulang harus dilakukan sampai dgn selisih dua penimbangan adalah 0.0001 gr.

 

Demikian beberpa hal tentang pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit, semoga kita bisa mengelola dan memanfaatkannya dengan baik dan benar.

Cek Informasi Teknologi dan Artikel yang lain di Google News Alwepo.com

Page:
...
/
0
Please Wait
...
Second
Code:
Close