alwepo.com, Jakarta – Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015, sebanyak 45 persen atau sekitar 1,77 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Lalu, menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat setiap tahun. Setidaknya, ada 2.784.064 orang Indonesia memiliki kondisi penyakit jantung. Sedangkan prevalensi penyakit stroke mengalami peningkatan dari 7 persen menjadi 10,9 persen.
Tidak bisa di pungkiri, makanan merupakan salah satu penyebab terjadinya kolestrol tinggi. Tingginya kolestrol dapat menyebabkan penyakit jantung. Meskipun kita tahu, penyebab kolestrol bukan hanya dari makanan saja. Tetapi persentase terbesar adalah pada makanan yang kita konsumsi sehari-hari.
Benarkah Minyak Goreng Penyumbang Utama Kolestrol?
Dikutip dari klikdokter .com:
“Sering mengonsumsi gorengan dan makanan berlemak, seperti daging merah, jeroan (terutama otak), seafood (terutama udang dan cumi-cumi), dan produk susu sangat bisa meningkatkan kolesterol,” tutur dr. Jesslyn.
Gorengan atau makanan yang diproses menggunakan minyak goreng memang berkontribusi pada terjadinya kolesterol tinggi. Hanya saja, apabila Anda mampu membatasi porsi dan frekuensi konsumsi, efek yang ditimbulkan tidak akan besar.
Misalnya saja, Anda hanya mengonsumsi bakwan goreng sebanyak satu buah dalam satu minggu. Maka, tentu saja hal tersebut tidak akan membuat kolesterol Anda melonjak tinggi.
Di sisi lain, apabila Anda membatasi gorengan namun tidak mengatur porsi dan frekuensi konsumsi makanan berlemak –seperti daging merah, seafood, dan susu, maka risiko untuk mengalami kolesterol tinggi tetap akan melonjak.
Pola Makan Dan Gorengan Jalanan
Tidak bisa kita pungkiri, mengkonsumsi gorengan merupakan salah satu kebiasaan orang Indonesia, mau itu untuk di konsumsi pagi, siang, bahkan malam sebelum tidur tentu tidak sedikit yang mengkonsumsinya. Hal ini dikarenakan, gorengan jalanan merupakan salah satu jenis jajanan yang paling terjangkau dan mudah di dapatkan. Problem utamanya adalah, kita tidak tahu bagaimana proses pengolahan minyak goreng tersebut. Bahkan beberapa kali kita jumpai dalam wajan penggorangan pedagang gorengan terlihat minyak gorengnya yang sudah menghitam. Dari sini saja sudah terlihat proses pengolahannya tidaklah sesehat enaknya gorengan tersebut. Jika sudah seperti itu, pilihannya kembali kepada masing-masing pribadi, karena yang menikmati dan merasakan sakit adalah pribadi masing-masing juga.
Kelangkaan dan Mahalnya Minyak Goreng Sebagai Solusi
Benarkah kelangkaan dan mahalnya minyak goreng menjadi solusi untuk menurunkan penyakit kolestrol di Indonesia?. Jika kita melihat pola makan dan pola hidup kita, ketergantungan akan minak goreng memang tidak bisa kita elakkan. Bisa di katakan 90% masyarakat Indonesia menggunakan minyak goreng dan mengkonsumsi jenis makanan yang di olah dengan cara di goreng menggunakan minyak goreng yang beredar di pasar.
Dengan kondisi mahalnya minyak goreng, paling tidak kta sebagai masyarakat berpikir 2 kali untuk membeli minyak goreng, dan akan menggunakan alternatif lain selain minyak goreng dalam pengolahan makanan yang akan di konsumsi sehari-hari. Jika ini memang benar-benar terjadi, tentu penyakit kolestrol di Indonesia yang di karenakan konsumsi makanan yg di olah dengan cara di goreng akan menurun dengan drastis.
Tetapi ini semua kembali kepada pilahan masing-masing, karena yang menentukan hidup anda ya anda sendiri, bukan orang lain.
Jenis Minyak Goreng
Jenis-jenis minyak goreng sendiri ada banyak sekali, namun yang paling terjangkau dan paling murah adalah Minyak Goreng dari Kelapa Sawit. Berikut beberapa jenis minyak goreng yang bisa di jadikan alternatif:
-
Safflower Oil
Safflower oil yang sering digunakan pada makanan Timur Tengah dan Asia merupakan salah satu minyak rendah kolesterol yang bisa jadi pilihan. Minyak safflower memiliki titik asap cukup tinggi yaitu 266 derajat Celcius, sehingga dapat digunakan untuk menggoreng.
Penelitian menunjukkan, minyak safflower dapat menstabilkan kadar kolesterol, mengurangi kadar gula darah, hingga mencapai berat badan ideal
-
Olive Oil
Olive oil adalah minyak alami yang diekstraksi dari buah zaitun. Sebanyak 24% olive oil terdiri atas lemak jenuh, asam lemak omega-3, dan asam lemak omega-6.
Selain itu, ada asam oleat yang diyakini dapat mengurangi peradangan. Minyak zaitun bahkan bisa memberikan 5-10 kali lipat lebih banyak dari jumlah lemak baik yang dibutuhkan tubuh.
Ada beberapa jenis olive oil, misalnya extra virgin olive oil, virgin olive oil, extra light olive oil, dan lain-lain.
Extra virgin olive oil memiliki smoke point (titik asap) yang lebih rendah dibanding minyak lainnya.
Jika Anda ingin menggoreng dengan olive oil, pilih extra light olive oil yang memiliki titik asap paling tinggi.
Memilih minyak dengan titik asap tinggi itu lebih sehat karena minyak yang terserap juga lebih sedikit.
-
Canola Oil
Canola oil juga memiliki titik asap yang cukup tinggi, yaitu 204 Celcius, sehingga cocok untuk menggoreng.
Walau minyak kanola mengandung lebih sedikit antioksidan dibandingkan dengan minyak zaitun, minyak ini mengandung asam alfa-linoleat, yaitu sejenis omega-3 yang menyimpan banyak manfaat, terutama untuk kesehatan jantung.
-
Corn Oil
Corn oil adalah pilihan baik untuk menumis, membuat saus, dan memanggang. Alternatif minyak goreng untuk kolesterol tinggi yang satu ini memiliki rasa yang ringan dan lebih murah daripada minyak lainnya.
Selain itu, penelitian menunjukkan, minyak jagung dapat membantu menurunkan kolesterol jahat (LDL) hampir tiga kali lipat dari minyak zaitun.
-
Flaxseed Oil (Minyak Biji Rami)
Minyak biji rami mengandung omega-3 yang baik untuk kesehatan jantung. Sayangnya, titik asap flaxseed oil rendah, sehingga lebih cocok digunakan untuk mengolah makanan tanpa proses pemanasan, misalnya sebagai salad dressing atau bahan cocolan.
-
Sesame Oil
Sesame oil atau minyak wijen sering digunakan pada masakan Asia. Minyak wijen telah terbukti bermanfaat bagi kadar kolesterol, bahkan lebih baik daripada minyak zaitun!
Minyak wijen dapat digunakan untuk menumis. Namun, biji wijen yang sebelumnya telah dipanggang lalu dibuat jadi minyak punya titik asap yang rendah. Sehingga, minyak tersebut lebih cocok sebagai saus saja.
-
Sunflower Oil
Minyak bunga matahari dapat digunakan untuk memasak dengan panas tinggi, khususnya yang berjenis refined sunflower oil. Sedangkan, sunflower oil jenis murni lebih cocok untuk memasak tanpa panas seperti salad.
Kesimpulan
Tulisan ini hanyalah opini, tidak terkait dengan manapun, namun dengan perkembangan teknologi termasuk dalam bidang pengolahan makanan sangat banyak sekali jenis dan cara pengolahan makanan. Tentu makanan merupakan sumber dari penyakit yang kita alami dan pola hidup yang kita jalankan. Jika kita menginginkan hidup sehat, tentu kita akan mendapatkan kesehatan tersebut. Namun, jika kita tidak memperdulikan hal tersebut tentu resiko ada pada individu masing-masing. Ingat makanan sehat tidak selamanya murah, dan kesehatan tidak selamanya mahal, yang Mahal itu ketika di rawat di Rumah Sakit.