Keren, Mentri ESDM Rencana pendistribusian biodiesel capai 10,1 juta KL. Pemerintah memberikan kemajuan dalam pengelolaan Biodisel untuk mengganti BBM dari fosil yang kita gunakan saat ini.
Pendistribusian Biodiesel
ALWEPO.COM – Pemerintahan merencanakan terus salurkan Bahan Bakar Nabati (BBN) tipe biodiesel 30% alias Biodiesel B30 di tahun 2022 kedepan.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan, pemerintahan juga memutuskan 22 Badan Usaha (BU) BBN untuk penyediaan biodiesel dalam program pendistribusian BBN tahun depannya pada 14 Oktober 2021 kemarin.
Sementara untuk Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BBM), Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas (Migas) sudah menyarankan sekitar 18 BU Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tanggal 23 Oktober 2021.
Gagasannya, volume pendistribusian biodiesel tahun depannya sejumlah 10,1 juta kiloliter (KL).
“(Keputusan Menteri ESDM untuk program pendistribusian BBN tahun depannya) masih diolah”
Sebagai pembeda, volume peruntukan pendistribusian biodiesel pada tahun 2021 diputuskan sejumlah 9,dua juta kilo liter (KL). Besaran itu akan dipakai untuk pencampuran biodiesel sejumlah 30% ke BBM tipe solar (Biodiesel B30).
[irp posts=”160″ name=”Palm Oil Mill / Pabrik Kelapa Sawit”]
Dalam program pendistribusian BBN tahun 2021 itu, pemerintahan menunjuk 20 BU BBM dan BU BBN sebagai penyuplai biodiesel. Keputusan ini tercantum pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 252.K/10/MEM/2020 yang diputuskan di tanggal 18 Desember 2020 kemarin.
PT Wilmar Nabati Indonesia jadi BU BBN yang dipilih dengan peruntukan penyediaan biodiesel terbesar, yakni sekitar 1,37 juta KL.
Disamping itu, ada juga PT Wilmar Bioenergi Indonesia dengan peruntukan penyediaan 1,32 juta KL, PT Musim Mas dan PT Berkilau Energi Gagah yang hendak membagikan biodiesel masing-masing sejumlah 882 ribu KL dan 483 ribu KL, dan 16 BU BBM yang lain yang dipilih dalam penyediaan biodiesel tahun 2021.
PT Pertamina (Persero) jadi BU BBM dengan keseluruhan peruntukan resapan biodiesel terbanyak, yakni 7,81 juta KL. Selainnya Pertamina, ada juga PT AKR Corporindo Tbk dengan peruntukan resapan biodiesel 623.304 KL dan 18 BU BBM yang lain dengan peruntukan resapan yang bervariatif.
“Aktualisasi (pendistribusian BBN) per tanggal 9 November 2021 sejumlah 83,29% di semua bidang,” tutur Dadan.
[irp posts=”12″ name=”Mengenal Vibrating Screen Pabrik Kelapa Sawit”]
Peningkatan Biodiesel B40
Bersamaan berjalannya program Biodiesel B30, pemerintahan masih menjaga program peningkatan Biodiesel B40. Dadan berkata, sekarang ini sudah dilaksanakan pengkajian tehnis pendayagunaan biofuel di atas Biodiesel B30.
Tingkatan selanjutnya akan diteruskan dengan tes jalan atau road tes yang mengikutsertakan penopang kebutuhan sesudah detail bahan bakar Biodiesel B40 untuk road tes disetujui.
Publikasi Biodiesel B40 baru akan dilaksanakan sesudah tingkatan road tes dikerjakan.
“Implikasi akan dikerjakan sesudah unit produksi pemroduksi bahan bakar nabati itu bisa menghasilkan sesuai detail dan volume”
Baca juga: Ball Mill
Peningkatan Kualitas Green Diesel
Sementara itu upaya peningkatan kualitas green diesel yang digagas Pertamina mash terus berlangsung, bahkan diungkapkan Direktur Utama Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono, proses peningkatan kualitas treated distillate hydro treating (TDHT) sedang dilakukan.Proses peningkatan kualitas pemroses kilang Cilacap tersebut ditargetkan rampung pada Desember tahun 2021. “Kami sedang ekspansi Kilang Cilacap per 1 November 2021 kemarin, upgrade kilang TDHT sampai Desember 2021, Januari 2022 bisa produksi D100 sebanyak 3.000 barel per hari. Nanti berikutnya akan kami kembangkan menjadi 6.000 barel per hari,” jelasnya dalam webinar belum lama ini dihadiri InfoSAWIT.
Lantas diungkapkan Sub-Koordinator Pelayanan dan Supervisi Direktorat Bioenergi Kementerian ESDM, Herbert Wibert Victor Hasudungan, upaya penerapan campuran biodiesel 40% atau tren disebut B40 akan tetap dilakukan, namun skenario yang dilakukan bisa saja tidak seluruh menggunakan biodiesel dari esterifikasi, atau FAME.Namun akan di kombinasi dengan penggunaan green diesel, yang sudah dilakukan di Plaju Cilacap. “Bisa saja skenario B40 itu adalam penggunaan biodiesel dari esterifikasi Sebanyak 30% dan sebanyak 10% berasal dari Hydrogenated Vegetable Oil (HVO), namun ini masih dalam proses pengkajian,” katanya.Ini dilakukan lantaran pencampuran minyak solar berbasis fosil dengan FAME, tidak semudah yang dibayangkan lantaran banyak pertimbangan teknis yang harus diperhatikan. Kata Herbert Wibert, usulan 10% berasal dari HVO lantaran teknologi ini dianggap mampu menghasilkan minyak solar yang persis sama dengan minyak solar berbasis fosil.