Bisakah Minyak Sawit Di Jadikan Grease? Minyak Goreng, Biodiesel atau Grease

alwepo.com, Tidak bisa di pungkiri, produk turunan dari minyak kelapa sawit itu sangatlah banyak sekali. Bisa di katakan anda dan kita semua menggunakan produk dari minyak sawit ini, sebagai contoh: Minyak goreng, sabun, kosmetik dan masih banyak produk lainnya.

Diakui saat ini produk gemuk biasanya berasal dari bahan baku minyak bumi. Alasannya cukup simpel harga bahan baku yang murah dan proses yang cukup mudah, namun dengan semakin pedulinya masyarakat terhadap lingkungan menuntut produk berbasis renewable resources.

Apalagi tren pengembangan produk ramah lingkungan sekarang sudah menjadi tuntutan di berbagai penjuru dunia. Hal ini penting guna mencegah pencemaran lingkungan dari polusi yang dihasilkan dari penggunaan suatu produk. Makanya dari awal produksi hingga produk jadinya mesti memperhatikan lingkungan.

Pengembangan gemuk ramah lingkungan sendiri sudah dimulai di negara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Misalnya setelah memanfaatkan minyak kedelainya sebagai bahan berbagai pelumas ramah lingkungan dan negara-negara di Eropa memanfaatkan minyak bunga matahari.

Stok Minyak Sawit Malaysia Januari 2022 Turun

Pelumas semi padat merupakan tipe pelumas yang paling  banyak dikenal, namun  gemuk (grease) juga banyak digunakan pada sistem pelumasan. Gemuk dapat  memberikan sistem pelumasan yang sederhana untuk bearing dan gigi (gear) karena gemuk memiliki karakteristik yang bisa mendukung kemampuan tersebut karena bersifat adesif. Sehingga dapat melekat pada bearing, tidak mudah hilang terbuang, memiliki koefisien friksi rendah, memperbaiki sealing, dapat memberikan perlindungan terhadap korosi.

Makanya tidak heran bila sebagian besar sistem pelumasan bearing sederhana menggunakan sistem pelumasan gemuk. Namun di sisi lain, sistem pelumasan gemuk sederhana tersebut menciptakan total loss, artinya gemuk yang digunakan pasti akan terbuang semua ke lingkungan. Namun gemuk mempunyai efek negatif karena menjadi penyumbang polusi perairan karena sebagian besar gemuk yang diproduksi menggunakan bahan baku minyak bumi. Gemuk juga tidak dapat didaur ulang.

Oleh karena itu, kepedulian lingkungan mendorong timbulnya pembatasan penggunaan minyak bumi, khususnya untuk sistem pelumas total loss dan menggantikannya dengan pelumas nabati yang ramah lingkungan.

Kepedulian terhadap lingkungan mengakibatkan terbukanya peluang pengembangan gemuk bio yang ramah lingkungan. Bahan bakunya tak lain berasal dari minyak nabati seperti kedelai, bunga matahari dan minyak sawit.

Gemuk bio yang berasal dari minyak nabati memiliki kelebihan pada unjuk kerja pelumasan daripada minyak bumi dalam hal kepolaran, lubrisitas, sifat anti aus, flash point, indekviskositas. Namun mempunyai kelemahan dalam ketahanan oksidasi dan titik tuang. Karena perbedaan karakteristik tersebut mempengaruhi gemuk yang dihasilkan.

Misalnya pada studi pembuatan gemuk dengan menggunakan bahan baku dari minyak kedelai dan sabun dari lithium palmitat, stearat, oleat dan linoleat. Diketahui bahwa ketidakjenuhan dan panjang rantai karbon pada asam lemak mempengaruhi bentuk dan distribusi fiber sabun.

Sehingga berpengaruh pada kekerasan, stabilitas oksidasi, ketahanan terhadap air, dan sifat gemuk lainnya. Ataupun gemuk bio yang menggunakan minyak bunga matahari dan pengental polimer untuk aplikasi gear dan bushing pengental polimer untuk aplikasi gear dan bushing pada earth moving equipment menunjukkan unjuk kerja baik, bila dibandingkan dengan gemuk dari minyak bumi dan performanyatetap baik pada konsistensi rendah.

Namun dari beberapa jenis minyak nabati, sebenarnya yang mempunyai prospek menjanjikan guna pembuatan gemuk bio adalah minyak sawit. Sebab dari pasokan bahan baku yang melimpah, kandungan asam lemak tak jenuh dan asam lemak jenuh yang tinggi mampu meningkatkan kualitas gemuk bio yang dihasilkan.

Gemuk sawit mempunyai kelemahan karena tidak bisa digunakan di negara-negara sub tropis dan lebih cocok digunakan di iklim tropis. Minyak sawit bila didinginkan lebih cepat membeku dibandingkan minyak kedelai atau minyak bunga matahari.

Selain itu, dalam pembuatan gemuk sawit masih ada kendala dalam bahan baku yang harus diimpor. “Salah satu bahan baku impor adalah asam lemak untuk pembuatan sabunnya dan kalau ingin membeli harus dalam skala besar,” kata Dosen Teknik Kimia Universitas Indonesia, Sukirno.

Minyak sawit memiliki kandungan sekitar 40% asam lemak tak jenuh tunggal (monosaturated) dan kandungan 50% asam lemak jenuh (saturated) menyebabkan tingginya pour point (8-15 ºC). Makanya, dianggap memiliki fluiditas suhu rendah yang buruk untuk daerah sub tropis.

Disisi lain tingginya kandungan saturated bisa menjaga ketahanan oksidasinya, karena keuntungannya jika digunakan untuk formulasi pelumas untuk aplikasi daerah tropis ini sangat baik. Dimana yang lebih dipentingkan adalah ketahanan oksidasi sedangkan keterbatasan kemampuan mengalir pada suhu rendah bisa diabaikan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *