Apa Itu Material Handling?
Material Handling adalah proses pengendalian, pengangkutan, penyimpanan, dan pengelolaan bahan atau barang dalam berbagai lingkungan, seperti pabrik, gudang, atau fasilitas produksi. Tujuan utama dari Material Handling adalah untuk memastikan efisiensi, keamanan, dan keteraturan dalam pergerakan dan penyimpanan bahan atau barang.
Dalam dunia industri, pengelolaan bahan dan barang memiliki peranan krusial dalam memastikan kelancaran proses produksi. Konsep material handling, atau penanganan material, menjadi pondasi utama dalam mengatur pergerakan, penyimpanan, dan pengendalian bahan atau barang dalam lingkungan fasilitas produksi. Dalam tulisan ini, kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai konsep material handling dan peranannya dalam perencanaan layout fasilitas pabrik.
Definisi material handling yang dirumuskan oleh American Material Handling Society (AMHS) menggambarkan material handling sebagai seni dan ilmu yang mencakup berbagai aspek, mulai dari penanganan, pemindahan, pembungkusan, penyimpanan, hingga pengendalian bahan atau material dalam segala bentuknya. Konsep ini tidak hanya melibatkan pergerakan fisik bahan, tetapi juga berfokus pada efisiensi, keamanan, dan pengelolaan biaya yang efektif.
Penting untuk diingat bahwa material handling bukanlah aktivitas “non produktif” sepenuhnya, meskipun pada awalnya mungkin terlihat demikian. Aktivitas ini sebenarnya berkontribusi secara langsung terhadap efisiensi dan keberhasilan operasional suatu fasilitas produksi. Seperti yang diungkapkan oleh Wignjosoebroto (dalam Ardiansyah, 2019), material handling dapat diartikan sebagai pemindahan bahan atau material, yang penting dalam produksi dan berkaitan erat dengan perencanaan tata letak fasilitas.
Salah satu tantangan dalam material handling adalah mengurangi biaya yang terkait dengan aktivitas ini. Meskipun material handling memerlukan investasi biaya, strategi yang efektif dapat membantu mengurangi biaya pemindahan dengan memaksimalkan penggunaan ruang dan mengoptimalkan rute pergerakan bahan atau barang. Pemilihan alat bantu seperti truk, konveyor, atau derek juga berpengaruh dalam menentukan tingkat efisiensi material handling.
Aspek Utama Dalam Material Handling
Dalam konsep Material Handling, terdapat empat aspek penting yang harus diperhatikan dengan cermat. Keempat aspek ini berperan krusial dalam mengatur dan mengoptimalkan pergerakan, penyimpanan, dan pengelolaan bahan atau barang dalam lingkungan produksi. Berikut adalah penjelasan mengenai masing-masing aspek tersebut:
1. Gerakan (Motion)
Aspek gerakan mengacu pada cara bahan atau barang bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pergerakan yang tidak perlu atau tidak efisien. Hal ini dapat dicapai dengan merancang jalur pergerakan yang singkat, lurus, dan minim hambatan. Pemilihan alat bantu seperti konveyor, truk, atau derek juga penting untuk memastikan gerakan yang lancar dan efisien.
2. Waktu (Time)
Aspek waktu berkaitan erat dengan efisiensi dalam menggerakkan atau mengelola bahan atau barang. Semakin cepat bahan atau barang dapat dipindahkan atau diproses, semakin baik efisiensi produksinya. Mengurangi waktu tunggu, waktu perpindahan, dan waktu pengolahan adalah tujuan dari pengelolaan waktu yang baik dalam material handling.
3. Jumlah (Quantity)
Aspek jumlah melibatkan kuantitas bahan atau barang yang harus ditangani. Pemahaman yang akurat mengenai jumlah bahan atau barang yang akan dipindahkan atau diolah penting untuk merencanakan alat bantu yang sesuai dan mengatur ruang penyimpanan yang memadai. Mengelola jumlah bahan atau barang dengan benar juga dapat membantu menghindari kelebihan persediaan atau kekurangan yang dapat mengganggu alur produksi.
4. Ruang (Space)
Aspek ruang melibatkan penempatan bahan atau barang dalam lingkungan produksi. Merancang tata letak fasilitas yang efisien dan mengoptimalkan penggunaan ruang sangat penting. Pemilihan tempat penyimpanan, perancangan rak, dan alokasi ruang kerja harus mempertimbangkan efisiensi pergerakan dan aksesibilitas.
Keempat aspek ini saling terkait dan saling memengaruhi. Sebagai contoh, penempatan bahan atau barang yang efisien dalam ruang yang terbatas dapat membantu mengurangi gerakan yang tidak perlu dan waktu yang dibutuhkan untuk mengaksesnya. Begitu juga, mengurangi waktu perpindahan dan pengolahan dapat berdampak positif pada efisiensi ruang penyimpanan.
Dalam praktiknya, mengintegrasikan dan mengoptimalkan keempat aspek ini adalah kunci untuk mencapai material handling yang efisien dan produktif. Dengan memperhatikan gerakan, waktu, jumlah, dan ruang secara holistik, suatu fasilitas produksi dapat meningkatkan efisiensinya, mengurangi biaya, dan menghasilkan hasil yang lebih baik secara keseluruhan.
Prinsip Utama Material Handling
Prinsip utama dalam Material Handling adalah pedoman atau panduan yang membantu dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakan pergerakan, penyimpanan, dan pengendalian bahan atau barang dengan efisien dan efektif dalam lingkungan produksi. Prinsip-prinsip ini menjadi dasar dalam mengoptimalkan proses material handling guna mencapai produktivitas yang tinggi dan mengurangi biaya. Berikut ini adalah beberapa prinsip utama dalam Material Handling:
1. Efisiensi
Prinsip ini mengedepankan penggunaan sumber daya secara efisien. Setiap langkah dalam material handling harus dirancang untuk mengurangi pemborosan waktu, tenaga, dan bahan. Penggunaan alat bantu yang tepat, jalur pergerakan yang singkat, dan tata letak yang efisien adalah contoh cara mengaplikasikan prinsip efisiensi.
2. Keselamatan
Keselamatan adalah prinsip yang sangat penting dalam material handling. Langkah-langkah pergerakan dan penanganan harus memprioritaskan kesehatan dan keselamatan pekerja. Penggunaan alat pelindung diri, pelatihan yang memadai, dan penanganan bahan atau barang yang aman harus selalu diterapkan.
3. Ergonomi
Prinsip ini berkaitan dengan desain pergerakan dan penanganan yang ergonomis, sehingga pekerja dapat bekerja dengan nyaman dan efisien. Penyesuaian tinggi rak, penggunaan alat bantu yang mendukung postur tubuh yang baik, dan pengurangan risiko cedera adalah bagian dari prinsip ergonomi.
4. Fleksibilitas
Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan permintaan, jenis produk, atau kondisi produksi adalah prinsip fleksibilitas. Sistem material handling yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang berubah memungkinkan produksi yang lebih responsif.
5. Perencanaan Sistem
Prinsip ini berfokus pada perencanaan keseluruhan sistem material handling. Ini melibatkan pemilihan alat bantu yang sesuai, pengaturan tata letak yang optimal, dan strategi pengendalian yang efektif. Perencanaan yang baik membantu menghindari hambatan dan kendala dalam proses material handling.
6. Pengelolaan Persediaan
Prinsip ini menekankan pada pengelolaan yang baik terhadap persediaan bahan atau barang. Mencapai keseimbangan antara persediaan yang cukup dan biaya penyimpanan yang rendah adalah tujuan utama. Penggunaan metode seperti Just-in-Time (JIT) dapat membantu mengimplementasikan prinsip ini.
7. Penggunaan Teknologi
Mengadopsi teknologi terbaru dan alat bantu otomatisasi dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam material handling. Sensor, robot, sistem otomatisasi, dan perangkat lunak pengendalian dapat membantu dalam mengelola dan memantau proses dengan lebih baik.
8. Pengurangan Pemborosan
Prinsip ini berfokus pada mengidentifikasi dan mengurangi segala bentuk pemborosan dalam proses material handling, seperti pemborosan waktu, tenaga, bahan, dan gerakan yang tidak perlu. Pendekatan Lean dan Six Sigma dapat digunakan untuk mengatasi pemborosan ini.
9. Pelatihan dan Pengembangan
Mengedepankan pelatihan dan pengembangan bagi pekerja dalam aspek material handling adalah prinsip yang penting. Pekerja yang terlatih dengan baik akan lebih efisien dalam menangani bahan atau barang, serta dapat berkontribusi pada inovasi dalam proses produksi.
10. Pengukuran dan Evaluasi
Prinsip ini melibatkan pemantauan dan pengukuran kinerja proses material handling secara teratur. Dengan mengumpulkan data dan menganalisis hasilnya, perbaikan terus-menerus dapat dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Prinsip-prinsip utama dalam Material Handling adalah panduan yang mendasar dalam merancang, mengelola, dan mengoptimalkan proses pergerakan dan pengelolaan bahan atau barang dalam lingkungan produksi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, suatu fasilitas produksi dapat mencapai efisiensi, produktivitas, dan kualitas yang lebih tinggi dalam operasionalnya.
Manfaat Material Handling
Material handling memiliki berbagai manfaat penting dalam konteks operasional dan produksi suatu fasilitas. Manfaat-manfaat ini meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan efisiensi, produktivitas, keselamatan, dan keberlanjutan. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari material handling:
1. Efisiensi Operasional
Material handling yang efisien membantu mengoptimalkan pergerakan, penyimpanan, dan pengendalian bahan atau barang. Ini mengurangi waktu tunggu, mempersingkat jarak perpindahan, dan menghindari pemborosan, sehingga meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.
2. Peningkatan Produktivitas
Dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk pergerakan dan penanganan bahan, material handling yang baik membantu meningkatkan produktivitas. Pekerja dapat fokus pada tugas-tugas yang bernilai tambah, sementara pergerakan bahan menjadi lebih lancar.
3. Pengurangan Biaya
Material handling yang optimal dapat mengurangi biaya operasional. Dengan menghindari pemborosan waktu, tenaga, dan bahan, serta menggunakan alat bantu yang tepat, biaya produksi dapat ditekan.
4. Kualitas Produk yang Lebih Baik
Pengelolaan bahan atau barang dengan hati-hati dan penghindaran kerusakan pada saat pemindahan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas produk. Produk yang lebih baik dan lebih berkualitas dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Keselamatan Pekerja
Material handling yang aman dan ergonomis membantu melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja. Pergerakan yang benar dan penggunaan alat bantu pelindung diri dapat mengurangi risiko cedera atau kecelakaan.
6. Optimalisasi Penggunaan Ruang
Melalui perencanaan tata letak yang baik, material handling dapat membantu mengoptimalkan penggunaan ruang penyimpanan. Ini membantu menghemat ruang yang berharga di fasilitas produksi.
7. Responsif terhadap Perubahan
Dengan sistem material handling yang fleksibel, perubahan permintaan pasar atau tuntutan pelanggan dapat diakomodasi dengan lebih mudah. Fasilitas produksi dapat beradaptasi dengan cepat tanpa mengganggu alur produksi.
8. Peningkatan Keberlanjutan
Material handling yang lebih efisien dapat membantu dalam mengurangi jejak lingkungan. Penggunaan yang lebih efisien terhadap sumber daya dapat berkontribusi pada praktik produksi yang lebih berkelanjutan.
9. Pengurangan Pemborosan
Material handling yang baik membantu mengurangi berbagai bentuk pemborosan dalam proses produksi. Dengan menghindari aktivitas yang tidak bernilai tambah, biaya dan waktu yang terbuang dapat diminimalkan.
10. Peningkatan Reputasi Bisnis
Dengan memiliki operasional yang lebih efisien, kualitas produk yang lebih baik, dan praktik produksi yang berkelanjutan, fasilitas produksi dapat membangun reputasi bisnis yang positif di mata pelanggan dan pasar.
Pola Aliran Bahan Dalam Material Handling
Pola aliran bahan dalam material handling mengacu pada arah dan urutan pergerakan bahan atau barang dalam suatu proses produksi atau distribusi. Pemahaman yang baik tentang pola aliran ini membantu merancang tata letak fasilitas yang efisien, mengoptimalkan pergerakan, dan meningkatkan produktivitas. Berikut ini adalah beberapa pola aliran bahan yang umum dalam material handling:
1. Aliran Linier (Straight-Line Flow)
Pada pola aliran ini, bahan atau barang bergerak dalam garis lurus dari satu tahap produksi ke tahap berikutnya. Ini adalah pola aliran yang sederhana dan efisien, cocok untuk produksi yang memerlukan urutan tahap yang jelas.
2. Aliran Posisi Tetap (Fixed-Position Flow)
Dalam pola aliran ini, bahan atau barang tetap berada di satu posisi, sedangkan peralatan dan pekerja yang bergerak untuk memproses atau menangani bahan tersebut. Pola ini umumnya diterapkan pada bahan atau barang yang besar dan sulit untuk dipindahkan.
3. Aliran Mengembalikan (Return Flow)
Pola aliran ini melibatkan pergerakan bahan atau barang ke tahap awal produksi setelah tahap tertentu selesai. Hal ini mungkin diterapkan dalam produksi siklus tertentu atau dalam proses daur ulang.
4. Aliran Berputar (Circular Flow)
Dalam pola aliran ini, bahan atau barang bergerak dalam alur melingkar yang menghubungkan berbagai tahap produksi. Ini dapat mengoptimalkan pergerakan bahan dan mengurangi waktu perpindahan.
5. Aliran Paralel (Parallel Flow)
Pola aliran ini melibatkan pergerakan bahan atau barang yang berjalan sejajar, dengan beberapa tahap produksi berjalan secara bersamaan. Ini dapat mempercepat waktu produksi dan mengoptimalkan pemanfaatan peralatan.
6. Aliran Jarak Dekat (Adjacent Flow)
Dalam pola aliran ini, berbagai tahap produksi yang berdekatan secara fisik, sehingga bahan atau barang dapat dengan cepat dipindahkan dari satu tahap ke tahap lainnya tanpa pergerakan yang panjang.
7. Aliran Lintasan Tetap (Fixed-Path Flow)
Pada pola aliran ini, bahan atau barang bergerak dalam lintasan yang tetap dan terdefinisi, seperti pada sistem konveyor. Ini membantu dalam mengatur pergerakan bahan secara konsisten.
8. Aliran Meandering (Melinier Flow)
Pola aliran ini melibatkan pergerakan bahan atau barang yang mengikuti pola berkelok-kelok. Ini mungkin diterapkan jika ada banyak tahap produksi dengan ruang terbatas.
9. Aliran Pencampuran (Merging Flow)
Dalam pola aliran ini, bahan atau barang dari beberapa alur berbeda bergabung menjadi satu alur tunggal. Ini mungkin terjadi pada produksi yang melibatkan berbagai komponen.
10. Aliran Penyisipan (Intermittent Flow)
Pola aliran ini melibatkan pergerakan bahan atau barang yang tidak kontinu, melainkan dengan interval tertentu. Ini mungkin diterapkan dalam produksi yang memerlukan pengolahan berulang dalam jangka waktu tertentu.
Analisis Desain Aliran Bahan Material Handling
Analisis desain aliran bahan dalam material handling melibatkan evaluasi mendalam terhadap bagaimana bahan atau barang bergerak, disimpan, dan dikelola dalam suatu proses produksi atau distribusi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi potensi perbaikan, mengoptimalkan efisiensi, dan mencapai hasil yang lebih baik dalam operasional fasilitas. Berikut adalah beberapa langkah penting dalam analisis desain aliran bahan material handling:
1. Identifikasi Tujuan dan Kriteria
Langkah pertama adalah memahami tujuan analisis dan kriteria yang ingin dicapai. Apakah Anda ingin meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, atau mengoptimalkan penggunaan ruang? Definisikan parameter yang akan diukur dan dinilai.
2. Pemetaan Aliran Bahan
Gambarkan alur pergerakan bahan atau barang dari awal hingga akhir proses. Identifikasi tahapan-tahapan produksi, titik penyimpanan, dan jalur pergerakan yang ada. Ini membantu Anda memvisualisasikan pola aliran saat ini.
3. Identifikasi Kendala dan Hambatan
Kenali kendala, hambatan, atau pemborosan yang terjadi dalam aliran bahan saat ini. Identifikasi faktor-faktor yang memperlambat pergerakan atau mengakibatkan kerugian, seperti pergerakan yang panjang atau pemindahan berulang.
4. Analisis Waktu dan Jarak
Evaluasi berapa lama waktu yang diperlukan untuk pergerakan bahan antara tahap-tahap produksi dan berapa jarak yang ditempuh. Identifikasi tahapan yang memerlukan waktu atau jarak yang lebih lama dari yang seharusnya.
5. Penyimpanan dan Ruang
Tinjau penggunaan ruang penyimpanan saat ini. Apakah ada area yang terlalu penuh atau kosong? Identifikasi metode penyimpanan yang dapat dioptimalkan.
6. Pemilihan Alat Bantu
Tinjau apakah alat bantu seperti konveyor, truk, atau derek yang digunakan sudah sesuai atau perlu diperbarui. Pilih alat yang mendukung efisiensi dan pergerakan yang tepat.
7. Ergonomi dan Keselamatan
Evaluasi apakah pergerakan dan penanganan bahan mematuhi prinsip ergonomi dan keselamatan. Pastikan pekerja tidak terpapar risiko cedera atau kelelahan yang berlebihan.
8. Pola Aliran yang Optimal
Berdasarkan analisis, tentukan pola aliran bahan yang optimal. Pilih pola yang meminimalkan pergerakan yang tidak perlu, mengurangi waktu tunggu, dan memaksimalkan penggunaan ruang.
9. Perbandingan dan Evaluasi
Bandingkan pola aliran bahan yang ada dengan pola aliran yang diusulkan. Evaluasi potensi manfaat, seperti peningkatan efisiensi, produktivitas, atau pengurangan biaya.
10. Rancang Ulang Tata Letak
Jika diperlukan, rancang ulang tata letak fasilitas berdasarkan pola aliran yang diusulkan. Sesuaikan lokasi tahap produksi, area penyimpanan, dan alat bantu untuk mendukung pola aliran yang lebih efisien.
11. Simulasi dan Uji Coba
Lakukan simulasi atau uji coba untuk menguji efektivitas pola aliran yang diusulkan sebelum diterapkan secara penuh. Identifikasi potensi masalah atau perbaikan tambahan yang diperlukan.
12. Implementasi dan Pemantauan
Terapkan pola aliran bahan yang diusulkan dan pantau kinerjanya. Lakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan bahwa tujuan analisis tercapai dan ada ruang untuk perbaikan lebih lanjut.
Alat-alat Material Handling
Berikut adalah beberapa contoh alat-alat Material Handling yang umum digunakan dalam proses produksi atau distribusi:
1. Konveyor (Conveyor)
Alat ini digunakan untuk mengangkut bahan atau barang dalam jumlah besar secara terus menerus dengan menggunakan sabuk atau rantai bergerak. Konveyor efektif dalam mengurangi pemindahan manual dan meningkatkan efisiensi pergerakan bahan.
2. Forklift
Forklift adalah truk dengan dua garpu di depannya yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan bahan atau barang yang berat. Alat ini sangat cocok untuk pemindahan di area gudang atau pabrik dengan beban yang signifikan.
3. Truk Pemuat (Loader)
Truk ini dilengkapi dengan alat pemindah yang dapat digerakkan, biasanya digunakan untuk memuat dan memindahkan bahan atau barang di area gudang atau lokasi penyimpanan.
4. Derek (Crane)
Derek digunakan untuk mengangkat dan memindahkan bahan atau barang yang sangat berat atau sulit dijangkau. Ada berbagai jenis derek, seperti derek jib, derek overhead, dan lain-lain.
5. Palet Jack (Pallet Jack)
Alat ini digunakan untuk mengangkat dan memindahkan palet dengan barang yang diletakkan di atasnya. Palet jack membantu mempermudah pemindahan bahan di dalam gudang atau area produksi.
6. Alat Bantu Pengangkutan (Trolley)
Trolley adalah alat beroda yang digunakan untuk mengangkut bahan atau barang dengan cara didorong atau ditarik oleh pekerja. Trolley dapat digunakan dalam jarak pendek.
7. Alat Bantu Penanganan (Handling Aid)
Termasuk dalam kategori ini adalah berbagai alat kecil seperti alat bantu angkat, alat bantu tumpu, dan alat bantu dorong. Alat-alat ini membantu pekerja dalam menangani bahan atau barang dengan lebih mudah dan aman.
8. Robot Pengangkut (AGV – Automated Guided Vehicle)
Robot ini dirancang untuk secara otomatis mengangkut bahan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dalam fasilitas berdasarkan jalur yang telah ditentukan.
9. Sistem Penyimpanan Otomatis
Ini melibatkan rak-rak atau sistem penyimpanan yang terkomputerisasi dan otomatis untuk mengatur dan mengambil bahan atau barang dengan efisiensi yang tinggi.
10. Alat Pemuat dan Pemindah (Lifting and Moving Tools)
Termasuk di dalamnya adalah crane, hoist, tali pengangkat, dan lain-lain yang digunakan untuk mengangkat, memutar, atau memindahkan bahan atau barang.
Semua alat-alat ini dirancang untuk membantu mengoptimalkan material handling, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengurangi risiko cedera pekerja dalam proses produksi atau distribusi.
Ongkos Material Handling (OMH)
Ongkos Material Handling (OMH) mengacu pada biaya yang terkait dengan aktivitas pergerakan, penanganan, dan pengendalian bahan atau barang dalam suatu proses produksi atau distribusi. Konsep ini mencakup berbagai aspek biaya yang timbul akibat pemindahan dan pengelolaan bahan, seperti biaya tenaga kerja, penggunaan alat bantu, waktu tunggu, dan lain-lain. Ongkos Material Handling merupakan faktor penting yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan operasional dan pengelolaan fasilitas.
Aspek utama yang termasuk dalam Ongkos Material Handling meliputi:
1. Biaya Tenaga Kerja
Biaya untuk pekerjaan fisik yang terlibat dalam pergerakan dan penanganan bahan. Ini mencakup gaji, upah lembur, dan tunjangan lainnya yang diberikan kepada pekerja yang terlibat dalam aktivitas material handling.
2. Biaya Alat Bantu
Biaya pembelian, pemeliharaan, dan operasional alat bantu seperti truk, konveyor, derek, atau alat lain yang digunakan dalam material handling.
3. Biaya Waktu Tunggu
Biaya yang terjadi akibat waktu yang dihabiskan dalam antrian atau tunggu saat pergerakan bahan. Waktu yang dihabiskan dalam antrean atau tunggu mengakibatkan pemborosan waktu yang dapat berdampak pada biaya operasional.
4. Biaya Kerusakan dan Kerugian
Biaya yang timbul akibat kerusakan atau kerugian bahan atau barang selama proses material handling. Pemindahan yang tidak hati-hati atau penanganan yang buruk dapat mengakibatkan kerusakan yang memerlukan penggantian atau perbaikan.
5. Biaya Pengendalian dan Pengawasan
Biaya yang terkait dengan pengawasan dan pengendalian aktivitas material handling. Ini termasuk biaya sistem pengawasan, pelatihan, dan pemantauan untuk memastikan bahwa aktivitas berjalan dengan lancar dan aman.
6. Biaya Pengelolaan Persediaan
Biaya yang muncul akibat pengelolaan persediaan bahan atau barang yang berkaitan dengan material handling. Termasuk di dalamnya biaya penyimpanan, biaya penanganan persediaan, dan potensi biaya penurunan nilai persediaan.
7. Biaya Peralatan Pelindung Diri (APD)
Biaya pengadaan dan pemeliharaan peralatan pelindung diri (APD) bagi pekerja yang terlibat dalam aktivitas material handling untuk melindungi mereka dari potensi risiko cedera.
8. Biaya Pelatihan
Biaya pelatihan yang diperlukan untuk memastikan bahwa pekerja memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup dalam melakukan aktivitas material handling dengan benar dan aman.
Mengelola Ongkos Material Handling dengan efektif penting untuk mencapai efisiensi operasional dan pengelolaan biaya yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi dan mengurangi pemborosan, memilih alat bantu yang sesuai, dan merancang tata letak yang efisien, fasilitas produksi dapat mengoptimalkan Ongkos Material Handling dan mencapai hasil yang lebih baik dalam operasionalnya.
Rumus Ongkos Material Handling
No. | Komponen Biaya | Deskripsi | Rumus |
---|---|---|---|
1 | Biaya Tenaga Kerja | Gaji pekerja yang terlibat dalam handling | Total jam kerja x Upah per jam |
2 | Biaya Alat Bantu | Biaya operasional dan pemeliharaan alat bantu | Biaya peralatan + Biaya perawatan |
3 | Biaya Waktu Tunggu | Biaya akibat waktu tunggu dalam antrean | Waktu tunggu x Biaya per jam |
4 | Biaya Kerusakan | Biaya akibat kerusakan atau kerugian | Biaya perbaikan atau penggantian |
5 | Biaya Pengendalian | Biaya pengawasan dan pengendalian aktivitas | Biaya supervisi + Biaya pelatihan |
6 | Biaya Persediaan | Biaya pengelolaan persediaan bahan | Biaya penyimpanan + Biaya handling |
7 | Biaya APD | Biaya peralatan pelindung diri | Biaya peralatan + Biaya perawatan |
8 | Biaya Pelatihan | Biaya pelatihan pekerja handling | Biaya pelatihan |
Rumus di atas adalah contoh umum yang dapat disesuaikan dengan situasi spesifik di fasilitas produksi Anda. Pastikan untuk mengganti variabel dan parameter sesuai dengan data yang relevan dalam perhitungan Ongkos Material Handling.
OMH = Biaya Tenaga Kerja + Biaya Alat Bantu + Biaya Waktu Tunggu + Biaya Kerusakan + Biaya Pengendalian + Biaya Persediaan + Biaya APD + Biaya Pelatihan
Anda dapat mengganti variabel dan parameter sesuai dengan data yang relevan dalam fasilitas produksi Anda. Pastikan bahwa rumus ini mencakup semua komponen biaya yang terkait dengan aktivitas pergerakan, penanganan, dan pengendalian bahan atau barang dalam proses material handling.
Demikianlah artikel tentang Material Handling. Semoga Bermanfaat!