Pabrikan Otomotif Besar, Toyota dan Hyundai, Siapkan Mobil Hidrogen untuk Dukung Inisiatif Energi Hijau di Indonesia

Jakarta, alwepo – Indonesia semakin berkomitmen untuk menggencarkan pengembangan energi ramah lingkungan dengan mempertimbangkan bahan bakar baru untuk sektor transportasi. Fokusnya kini adalah pada hidrogen hijau, sebagai alternatif yang diusung oleh Pemerintah Indonesia selain Bahan Bakar Minyak (BBM). Langkah progresif ini diimplementasikan melalui PT PLN (Persero), yang berencana melakukan uji coba penggunaan hidrogen hijau pada mobil yang diproduksi oleh dua pabrikan otomotif besar, yaitu Toyota dan Hyundai.

Pabrikan Otomotif Besar, Toyota dan Hyundai, Siapkan Mobil Hidrogen untuk Dukung Inisiatif Energi Hijau di Indonesia

Edwin Nugraha Putra, Direktur Utama PLN Indonesia Power, menyatakan bahwa perusahaan sedang mempersiapkan infrastruktur untuk mendukung penggunaan hidrogen hijau sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Inisiatif ini mengikuti diresmikannya 21 unit pabrik hidrogen hijau atau Green Hydrogen Plant (GHP) di seluruh Indonesia.

Dalam upayanya membuka ekosistem mobil hidrogen di Indonesia, PLN telah berkomunikasi dengan dua pabrikan otomotif global, Toyota dan Hyundai, yang memiliki pengalaman dalam memproduksi mobil berbahan bakar hidrogen. Produk unggulan Toyota, Mirai, dan mobil hidrogen Hyundai, Nexo, menjadi fokus uji coba dalam kerjasama ini.

“Kami telah bertemu dengan pemilik dealernya, seperti Toyota dengan Mirai dan Hyundai dengan Hyundai Nexo. Ini dua jenis mobil yang saat ini telah digunakan di seluruh dunia dengan bahan bakar hidrogen, yang tentunya sangat berkorelasi dengan infrastruktur yang ada,” ungkap Edwin dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia.

PLN saat ini bekerja sama dengan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) untuk melakukan uji coba terhadap kedua jenis mobil tersebut. Dengan harapan, perkembangan infrastruktur pengembangan bahan bakar hidrogen di Indonesia dapat dipercepat.

Hasil produksi dari 21 GHP diharapkan dapat mendukung kebutuhan operasional pembangkit listrik, dengan 75 ton hidrogen hijau per tahun. Selain itu, 124 ton sisanya diarahkan untuk berbagai keperluan, termasuk penggunaan pada kendaraan. Edwin menjelaskan bahwa sebagian dari hidrogen hijau tersebut akan digunakan untuk mengisi Hydrogen Refuelling Station (HRS) atau stasiun pengisian ulang hidrogen.

GHP milik PLN ini menggunakan sumber daya dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan Renewable Energy Certificate (REC) dari beberapa pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Sehingga, dapat diakui bahwa ke-21 lokasi tersebut memproduksi hidrogen hijau secara 100% ramah lingkungan.

Pada tahap awal, PLN berencana membangun Hydrogen Refuelling Station di Senayan, Jakarta, yang diharapkan akan beroperasi mulai bulan Januari mendatang. Inisiatif ini menjadi langkah positif Indonesia dalam mendukung kendaraan berbahan bakar hidrogen sebagai bagian dari transformasi menuju energi bersih dan berkelanjutan.