Stasiun – Stasiun Pengolahan Pabrik Gula


Stasiun Pabrik Gula

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan kebutuhan gula semakin meningkat pula proses produksi pada berbagai pabrik gula. Seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, produksi Pabrik Gula mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Proses industri, termasuk industri Pabrik Gula dapat menghasilkan produk utama dan sampingan (limbah). Produk utama dari pabrik gula tentu adalah gula itu sendiri, dalam hal ini adalah gula pasir.
Kebutuhan akan gula dan konsumsi masyarakat terhadap produk-produk makanan yang memerlukan gula sebagai salah satu pelengkap atau bumbu penyedap menjadi hal utama di masyarakat kita. Bahkan hanya sekedar untuk meminum kopi ataupun teh di perlukan satu atau dua sendok gula pasir. Meningkatnya permintaan akan konsumsi gula juga berimbas terhadap meningkatnya impor terhadap gula itu sendiri.
Kondisi ini menuntut pabrik pengolahan tebu menjadi gula untuk meningkatkan produksinya dan optimalisasi produksi sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan gula tersebut.
Proses pembuatan gula dari tebu pada hakekatnya hanya memisahkan gula melalui pemerahan, filtrasi (penyaringan), penguapan (evaporasi), pemasakan, dan pemutaran (sentrifugasi). Dalam proses pembuatan ini, air dan kotoran (bukan gula) akan dipisahkan dari tebu.

 

Stasiun Persiapan

Sebelum ditimbang, tebu lebih dulu masuk selektor untuk penyeleksian tebu yang layak digiling dan yang tidak layak sesuai ketentuan perusahaan (bersih, segar, masak). Selanjutnya petugas selektor memberi stempel pada SPAT yang telah ditimbang. Peralatan timbang yang digunakan adalah Digital Crane Scale (DCS) yang terhubung dengan komputer secara otomatis. Pengaturan tebu yang masuk disesuaikan dengan kapasitas giling dengan sistem FIFO. Kapasitas emplasemen pabrik gula hanya diperbolehkan menampung ± 130 % tebu dari kapasitas giling perhari. Hal ini untuk menghindari terjadinya over stock atau gangguan giling karena persediaan tebu dan menghindari hilangnya kadar gula yang terkandung dalam tebu. Oleh sebab itu diberlakukan safety factor sebesar ± 30 % dari kapasitas giling.

Stasiun Persiapan dalam pengolahan tebu adalah tahap awal di pabrik gula di mana tebu yang akan digiling untuk menghasilkan gula disiapkan. Pada tahap ini, tebu melewati serangkaian proses seleksi dan penimbangan. Berikut adalah penjelasan lengkap dan detailnya:

  1. Seleksi Tebu: Sebelum tebu ditimbang, mereka harus melewati tahap seleksi. Pada tahap ini, petugas seleksi melakukan penilaian terhadap tebu yang masuk untuk menentukan tebu yang layak digiling dan yang tidak layak. Beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan keberlanjutan tebu termasuk kebersihan, kesegaran, dan tingkat kematangan. Hanya tebu yang memenuhi standar perusahaan yang akan diteruskan ke tahap berikutnya.
  2. Penandaan (Stempel): Setelah seleksi selesai dan tebu yang layak telah diidentifikasi, petugas seleksi memberi tanda atau stempel pada SPAT (Surat Perintah Angkut Tebu) yang akan digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak tebu tersebut selama proses selanjutnya. Hal ini penting untuk mencatat asal-usul tebu dan memastikan bahwa tebu tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.
  3. Penimbangan: Proses penimbangan tebu sangat penting dalam mengukur jumlah tebu yang akan diolah. Di stasiun persiapan, peralatan yang digunakan untuk penimbangan adalah Digital Crane Scale (DCS), yang terhubung dengan komputer secara otomatis. Ini memungkinkan pengukuran yang akurat dan efisien. Data penimbangan ini akan digunakan untuk perencanaan pengolahan selanjutnya.
  4. Pengaturan Kapasitas Giling: Pengaturan tebu yang masuk ke dalam stasiun persiapan harus sesuai dengan kapasitas giling pabrik gula. Sistem yang digunakan adalah FIFO, yang berarti tebu yang tiba lebih dulu akan digiling lebih awal. Hal ini memastikan kelancaran proses pengolahan. Kapasitas emplasemen pabrik gula harus dijaga agar tidak melebihi ± 130% dari kapasitas giling perhari. Ini disebut sebagai safety factor, dan tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya overstock yang dapat mengganggu proses giling dan menghindari kehilangan kadar gula dalam tebu.

 

Stasiun Gilingan / Ekstraksi

Stasiun Gilingan pada pabrik gula bertujuan memisahkan nira mentah sebanyak-banyaknya dari batang tebu dengan menekan kehilangan kadar gula serendah-rendahnya dalam ampas. Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

 

Stasiun Pemurnian

Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses pada pabrik gula ini dinamakan liming.
Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.

 

Stasiun Penguapan

Setelah mengalami proses liming, tahapan selanjutnya pada pabrik gula adalah proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk’ (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

 

Stasiun Pemasakan / Kristalisasi

Proses kristalisasi pada pabrik gula bertujuan untuk membuat nira kental menjadi kristal atau sukrosa yang berbentuk cair berubah menjadi kristal padat dengan cara menguapkan kandungan air yang terdapat pada nira kental, sehingga dihasilkan kristal gula dalam larutan akhir atau tetes serendah-rendahnya.

 

Stasiun Puteran

Stasiun putaran pada Pabrik gula mempunyai tujuan utama yaitu memisahkan antara kristal dan stroop atau cairannya. Dengan puteran high grade, masakan A setelah didinginkan dipompa menuju palung puteran A/B hingga terpisah antara gula A dengan stroop A. Gula A kemudian di l ebur dan di pompa menuju puteran SHS hingga terpisah antara klare Superior Holdt Sugar (SHS) dengan gula SHS Sedang puteran low grade memutar hasil masakan C hingga diperoleh gula C dan stroop C dan memutar hasil dari masakan D hingga diperoleh gula D dan tetes. Gula C dan D ini dijadikan kembali bibitan untuk masakan gula A, sedang tetes ditampung dan ditimbang pada tangki penunggu sebelum masuk di bak tetes untuk disimpan pada tangki tetes. Gula SHS dari puteran kemudian masuk pada talang goyang hingga na ik diangkut dengan bucet elevator untuk disaring dan terbagi menjadi 3 bagaian ukuran kristal, yaitu gula halus, gula kasar dan gula produk. Gula produk kemudian masuk sugar bin dan dilakukan penimbangan dengan berat yang telah ditentukan sebelum pengepakan dan disimpan digudang.

 

Stasiun Penyelesaian

Pada stasiun ini merupakan tahap finishing pada pabrik gula dimana dilakukan packing dan siap untuk di distribusi dan di jual ke konsumen.
Sumber: agrifood.id
Pabrik gula
Sumber: antarnews.com
Pabrik gula
Sumber: Republika.com

Pertanyaan Seputar Pabrik Gula

Cek Informasi Teknologi dan Artikel yang lain di Google News Alwepo.com

Page:
...
/
0
Please Wait
...
Second
Code:
Close